safwanquran.com – Ketika membahas para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, banyak dari kita langsung teringat akan sosok-sosok yang luar biasa. Mereka adalah generasi terbaik umat Islam, yang menemani Rasulullah dalam suka dan duka, dalam peperangan maupun dakwah, sehingga Islam tersebar luas ke berbagai penjuru dunia. Tapi tahukah kamu, di antara mereka, ada sahabat Nabi yang masuk neraka dan disebut oleh Rasulullah?
Kisah ini bukan untuk menjatuhkan kehormatan para sahabat. Justru, kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya keikhlasan, amanah, dan bagaimana satu kesalahan fatal bisa menjerumuskan seseorang, meski dia pernah berada dalam lingkaran terdekat Rasulullah ﷺ. Lalu, siapa sebenarnya sahabat itu? Mari kita kupas kisahnya secara utuh dan mendalam.
Sahabat-Sahabat yang Dijamin Surga
Nah, sebelum masuk ke cerita sahabat Nabi yang masuk neraka, perlu kita tahu bahwa banyak dari sahabat Nabi yang telah dijamin masuk surga. Ada 10 sahabat utama yang bahkan disebut langsung oleh Rasulullah ﷺ, yang dikenal sebagai ‘Asyarah Mubasharīn bil Jannah. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Kisah-kisah mereka sangat inspiratif, mereka yang berjuang dengan sepenuh hati demi Islam. Namun, bukan berarti semua sahabat memiliki akhir yang baik. Ada pula yang terpeleset oleh satu perbuatan yang membuat Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ia akan menjadi salah satu penghuni neraka.
Sahabat Nabi yang Masuk Neraka, Siapa Dia?
Dalam salah satu riwayat shahih, Rasulullah ﷺ dan para sahabat tengah berada dalam sebuah peperangan. Setelah pasukan musuh dikalahkan dan harta rampasan (ghanimah) dikumpulkan, ada seseorang dari kaum Muslimin yang menunjukkan keberanian luar biasa di medan perang.
Para sahabat sampai berkata, “Tidak ada yang lebih berani hari ini selain si Fulan.”
Namun Rasulullah ﷺ bersabda dengan mengejutkan:
“Dia termasuk penghuni neraka.”
Sahabat-sahabat pun kebingungan. Bagaimana mungkin orang yang sangat gigih membela Islam justru dikabarkan masuk neraka?
Peristiwa ini terjadi dalam Perang Uhud (terjadi di lembah dekat Gunung Uhud), terlihat seorang laki-laki dari kaum Muslim tampil dengan semangat tinggi. Dia menebas musuh tanpa henti, terlihat begitu heroik. Tapi Nabi tetap menegaskan, “Dia dari penduduk neraka.”
Salah satu sahabat yang penasaran memutuskan untuk mengikuti laki-laki tersebut secara diam-diam. Dia ingin tahu hal apa yang membuat Rasulullah berkata demikian. Ternyata, laki-laki itu terluka parah. Karena tak tahan menanggung rasa sakit, dia mengambil pedangnya sendiri, lalu menancapkan ke tubuhnya sendiri.
Ia bunuh diri.
Seketika itu pula, tabir kebenaran terangkat. Sahabat yang mengikutinya bergegas melapor kepada Nabi, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya ada orang yang tampaknya beramal seperti amalan ahli surga, padahal dia sebenarnya termasuk ahli neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pelajaran dari Kisah Ini
Apa hikmah terbesar dari kisah sahabat Nabi yang masuk neraka ini? Kita semua bisa mengambil pelajaran penting, bahwa amal baik secara lahiriah belum tentu mencerminkan kondisi hati yang sesungguhnya. Berikut beberapa renungan yang bisa kita pelajari:
1. Niat Dasarnya dan Takdir yang Menentukan
Seberapapun hebatnya amalan lahiriah seseorang, kalau niatnya bukan karena Allah, amal itu bisa tidak akan berarti. Bisa saja seseorang bertindak berani hanya karena ingin pujian, bukan karena agamanya. Keikhlasan adalah hal yang tidak terlihat, namun sangat menentukan di hadapan Allah.
Kita tidak bisa merasa aman hanya karena selama ini hidup dalam kebaikan. Bahkan orang yang selama hidupnya tampak saleh pun bisa tergelincir pada akhirnya. Oleh karena itu, Rasulullah sering berdoa:
“Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Kalau Nabi saja merasa perlu meminta keteguhan hati, bagaimana dengan kita?
2. Jangan Mudah Mengidolakan Seseorang dari Luarnya Saja
Dari kisah sahabat Nabi yang masuk neraka diatas kita perlu belajar bahwa apa yang terlihat belum tentu menggambarkan isi hatinya, dalam dunia hari ini boleh saja kita kagum dengan seseorang karena penampilan agamis, kata-kata bijak di media sosial, atau gaya ceramahnya yang menyentuh. Tapi hanya Allah yang tahu bagaimana isi batinnya, oleh karena itu tetaplah bijak dalam menilai manusia.
3. Syirik Kecil dan Riak Bisa Membatalkan Amal
Riak (ingin dipuji dalam ibadah) termasuk syirik kecil yang sangat berbahaya. Seseorang bisa berbuat kebaikan, tapi karena berharap pengakuan, maka amal itu akan gugur. Inilah yang mungkin menimpa laki-laki dalam kisah tersebut.
Baca Juga: Strategi Dakwah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an
Apakah Dia Termasuk Sahabat?
Sebagian ulama berpendapat bahwa dia adalah sahabat dalam arti pernah bertemu Nabi dan ikut dalam barisan Muslimin. Tapi ia tidak dikenal sebagai tokoh penting atau pemuka kaum. Sementara ulama lain menyebut bahwa istilah “sahabat” harus dibedakan.
Sahabat yang sejati tidak hanya pernah bertemu Nabi, tapi juga beriman dengan tulus dan konsisten mendampingi dakwah beliau. Jika seseorang hanya ikut perang, namun hatinya tidak benar-benar beriman, dia belum tentu layak disebut sahabat dalam pengertian mulia itu.
Oleh karena itu, pernyataan tentang sahabat Nabi yang masuk neraka seringkali perlu pemahaman latar belakang yang tepat. Tidak semua orang yang mengikuti Nabi di masa hidupnya otomatis masuk dalam kelompok sahabat yang dijamin kemuliaan. Islam mengajarkan kita untuk memandang isi, bukan hanya dari luarnya saja. Bukan karena siapa orang tersebut, tapi apa yang dia lakukan, dan untuk siapa dia melakukannya.
Kisah ini jadi pengingat besar bahwa ujian akhir hidup bisa datang dalam bentuk apapun. Kadang seseorang tampak kuat dalam amal, tapi lemah ketika menghadapi cobaan. Oleh karena itu, selalu penting untuk terus berdoa agar diberikan husnul khatimah (akhir hidup yang baik).
Baca Juga: Kisah Siti Hajar dalam Al Quran sebagai Perempuan Tangguh
Memupuk Iman dengan Al-Qur’an
Kisah sahabat Nabi yang masuk neraka diatas bukan untuk merendahkan siapapun, apalagi meragukan kemuliaan generasi sahabat. Justru dari cerita ini, kita belajar bahwa amalan tak selalu mencerminkan isi hati. Keberanian fisik tak sebanding nilainya dengan keberanian hati yang penuh keikhlasan.
Nabi Muhammad ﷺ sudah mengingatkan kita:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)
Maka, mari terus jaga niat, jaga hati, dan perbanyak doa agar kelak termasuk dalam barisan orang-orang yang mendapat ridha Allah hingga akhir hayat. Jangan sampai seperti orang dalam kisah ini yang tampak gagah berjuang demi Islam, namun ujungnya justru terjerumus karena hilangnya keikhlasan dan putus asa dari rahmat Allah.
Semoga Allah menjaga iman kita, dan hidup kita berakhir dalam keadaan husnul khatimah (yang baik). Aamiin. Kisah sahabat Nabi yang masuk neraka di atas mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga keimanan hingga akhir hayat. Salah satu caranya yaitu dengan rutin membaca dan merenungi Al-Qur’an. Belajar dari kisah-kisah di dalamnya di dalamnya, baik kesalahan orang terdahulu dan inspirasi yang mampu melewati berbagai cobaan dengan taqwa.
Yuk, miliki Al-Qur’an terbaik dari Safwan Quran di rumahmu, dengan berbagai pilihan produk inovatif sesuai kebutuhan. Produk yang cocok untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak, pemula, hingga penghafal Qur’an, dengan harga terjangkau dan mudah didapatkan. Tersedia dalam berbagai ukuran dan tipe, lengkap dengan fitur tajwid warna transliterasi latin, dan QR video. Tunggu apalagi pesan Al-Qur’an Safwan Quran sekarang juga, siap kirim ke seluruh wilayah Indonesia.