safwanquran.com – Setiap kali mendirikan shalat berjamaah di masjid, pasti kita mengenal kata “shaf”. Istilah yang sudah sangat akrab di telinga kaum Muslimin, namun tahukah kamu bahwa dalam Islam, posisi berdiri saat shalat berjamaah perlu diperhatikan? Oleh karena itu, memahami shaf adalah? Bagaimana tuntunan meluruskannya, serta apa saja keutamaannya penting untuk diketahui bagi setiap Muslim.
Shaf Adalah Barisan Shalat yang Teratur
Dalam bahasa Arab shaf berasal dari kata ṣaffun (صَفٌّ) yang berarti deretan atau barisan. Pada konteks shalat berjamaah, shaf adalah barisan orang-orang yang berdiri untuk menunaikan ibadah shalat bersama imam. Mereka berdiri bersebelahan dengan arah yang sama, membentuk garis lurus yang rapi, menghadap ke kiblat.
Dengan kata lain, shaf adalah simbol dari kesatuan umat Islam dimana semua jamaah ketika sholat, tanpa memandang status sosial, usia, atau kedudukan, berdiri sejajar di hadapan Allah. Itulah mengapa Rasulullah ﷺ sangat menekankan pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf.
Mengapa Shaf Itu Penting?
Bagi sebagian orang, posisi berdiri dalam shalat mungkin tampak sebagai urusan teknis semata. Tapi dalam pandangan syariat, ada makna besar yang tersembunyi di balik susunan shaf. Beberapa hadits Nabi ﷺ menunjukkan bahwa perintah meluruskan shaf bukan hanya anjuran biasa, berikut salah satunya:
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf adalah bagian dari kesempurnaan shalat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain, beliau ﷺ bahkan mengancam bahwa kelengahan dalam merapikan barisan bisa menyebabkan perpecahan hati:
“Luruskanlah shaf kalian atau Allah akan memecah-belah hati kalian.”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dari hadits-hadits ini, kita bisa menangkap bahwa shaf tidak hanya urusan berdiri berbaris, tapi juga memiliki dampak terhadap kebersamaan hati dan ukhuwah umat.
Tuntunan Meluruskan Shaf dalam Syariat
Agar barisan shalat benar-benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ, ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan:
1. Shaf Harus Lurus dan Dimulai dari Tengah ke Samping
Imam atau petugas masjid hendaknya mengecek dan meluruskan barisan sebelum takbir dimulai. Jamaah diminta untuk melihat ke kanan dan kiri, memastikan ujung kaki sejajar, tidak ada yang maju atau mundur dari barisan. Jika ada ketidakteraturan, imam berhak memberikan arahan.
Meluruskan shaf menunjukkan kepatuhan pada disiplin Islam. Seolah-olah barisan itu menjadi “formasi” spiritual umat yang siap menyambut pertemuan dengan Sang Pencipta. Tata cara pengisian shaf yang benar menurut ulama adalah dimulai dari tengah, tepat di belakang imam, kemudian melebar ke kanan dan kiri. Mengapa begitu? Karena posisi di belakang imam adalah yang paling utama, itulah sebabnya para sahabat berlomba-lomba mengambil posisi di barisan pertama, tepat di tengah.
2. Tidak Boleh Ada Celah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Rapatkanlah shaf kalian, dan tutuplah celah-celah, serta lembutlah tangan saudara kalian, dan janganlah kalian biarkan ada tempat untuk syaitan.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Syaitan bisa masuk dari celah-celah shaf yang renggang. Ini isyarat bahwa kerapatan shaf juga berkaitan dengan ketahanan spiritual seorang Muslim terhadap gangguan hati, kekhusyukan, dan bisikan syaitan saat shalat.
Terkadang ada orang yang baru datang dan ingin masuk ke shaf depan, lalu menarik seseorang untuk mundur bersamanya. Hal ini kurang sesuai dengan adab shalat. Jika ingin masuk, usahakan menyelip tanpa mengganggu yang lain. Jika tidak memungkinkan, isi shaf yang kosong di belakang.
3. Susunan Shaf
Dalam masjid, shaf laki-laki biasanya dipisah dari perempuan. Adapun susunan shaf laki-laki adalah barisan pertama untuk orang dewasa yang berilmu dan memiliki pemahaman agama, kemudian diikuti anak-anak. Meski demikian, tidak ada larangan anak berdiri di samping orang dewasa, asalkan mereka mampu menjaga adab.
Untuk perempuan, shaf terbaik adalah yang paling belakang. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan, dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang, dan seburuk-buruknya adalah yang paling depan.”
(HR. Muslim)
Namun, jika kondisi memungkinkan dengan hijab pemisah yang baik, maka perempuan juga bisa mendapatkan keutamaan berjamaah di masjid tanpa menyalahi aturan.
Baca Juga: Balasan Orang yang Bertakwa Adalah – Safwan Quran
Keutamaan Meluruskan Shaf
Meluruskan dan merapatkan shaf bukan hanya tentang kedisiplinan, tapi juga membawa keutamaan luar biasa diantaranya:
1. Mendapat Doa dari Malaikat Orang-orang yang meluruskan barisan dalam shalat didoakannya, hal ini disebutkan dalam hadits:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang menyambung shaf.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
2. Tanda Kesempurnaan Shalat Rasulullah ﷺ menghubungkan kelurusan shaf dengan kesempurnaan shalat. Ini artinya, shalat berjamaah seseorang bisa dinilai tidak sempurna jika barisannya semrawut.
3. Mencerminkan Ukhuwah Islamiyah Saat umat Islam berdiri sejajar dalam satu barisan, tanpa membedakan pangkat, harta, atau warna kulit, maka itu menjadi simbol kuat persatuan. Shalat berjamaah adalah latihan sosial untuk menyatukan hati, bukan hanya sekadar ibadah ritual.
Bagaimana Jika Shaf Tidak Rapi?
Kadang-kadang, di masjid atau musala, kita dapati barisan yang tidak lurus atau renggang, dan tidak ada yang berinisiatif membenahinya. Dalam kondisi seperti ini, idealnya kita tetap berusaha memperbaiki barisan, minimal dengan merapat ke orang di sebelah kita.
Namun, jika kita sudah berusaha dan barisan tetap tidak sempurna karena orang lain tidak merespons, maka tidak berdosa. Yang penting adalah ikhtiar pribadi kita sudah dilakukan. Jangan sampai karena orang lain cuek, lalu kita sendiri jadi ogah merapat atau malah malas berjamaah.
Apa Peran Imam dalam Meluruskan Shaf?
Dalam shalat berjamaah, imam memiliki tanggung jawab tidak hanya dalam bacaan dan gerakan, tetapi juga dalam memastikan jamaah tertata dengan baik. Imam setidaknya mengingatkan jamaah sholat untuk meluruskan barisan sebelum mulai takbiratul ihram. Bahkan Rasulullah ﷺ tak akan memulai shalat sebelum memastikan barisan para sahabatnya lurus.
Jika kamu menjadi imam, biasakan menengok ke barisan jamaah, lalu katakan: “Luruskan shaf, rapatkan barisan, isi yang kosong.” Ini bukan hal sepele. Justru inilah bentuk perhatian kita terhadap syariat dan kekompakan umat.
Mengajarkan anak tentang pentingnya shaf juga bagian dari pendidikan dini dalam Islam. Ajak anak untuk ikut shalat di masjid, lalu arahkan bagaimana mereka harus berdiri, merapat, serta mengikuti gerakan imam. Dengan pembiasaan ini, mereka akan tumbuh dengan pemahaman bahwa shalat bukan hanya gerakan, tapi juga adab, kedisiplinan, dan keteraturan.
Baca Juga: Apakah Shalat Tahajud Tidak Boleh Diketahui Orang Lain? Jawab
Shaf Bukan Sekadar Barisan
Sekarang kita tahu bahwa shaf adalah barisan shalat yang bukan hanya urusan teknis, tapi mengandung nilai-nilai spiritual, sosial, dan moral. Meluruskan dan merapatkan barisan adalah bentuk ketaatan kepada Nabi ﷺ, kepedulian kepada sesama jamaah, serta upaya menjaga keutuhan umat.
Dalam dunia yang penuh perpecahan ini, mari kita mulai dari hal kecil namun bermakna: berdiri lurus dan rapat dalam shalat berjamaah. Karena dari sinilah, persatuan umat bisa dibangun satu shaf, satu barisan, satu tujuan yaitu mencari ridha Allah.
Ingin tahu ilmu lain seperti ini? Yuk, miliki Al-Qur’an terbaik dari Safwan Quran di rumahmu, dengan berbagai pilihan produk inovatif sesuai kebutuhan. Produk yang cocok untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak, pemula, hingga penghafal Qur’an, dengan harga terjangkau dan mudah didapatkan. Tersedia dalam berbagai ukuran dan tipe, lengkap dengan fitur tajwid warna transliterasi latin, dan QR video. Tunggu apalagi pesan Al-Qur’an Safwan Quran sekarang juga, siap kirim ke seluruh wilayah Indonesia.